MAHOUTOKORO
Berabad-abad lalu, disebuah kerajaan, dimasa dimana dunia masih dipenuhi dengan kericuhan dan kegelapan, hiduplah sepasang penyihir yang sangat hebat, Izanagi dan Izanami. Keduanya adalah suami-istri, dan merupakan penyihir paling hebat di bagian Timur kala itu. Mereka bisa saja menguasai 7 lautan jika mereka mau. Namun, mereka lebih memilih untuk membangun dan mensejahterakan kerajaan mereka. Oleh sebab itu, mereka meminjamkan kekuatan sihir mereka pada para penguasa kerajaan yang notabene nya adalah Muggle, sehingga kerajaan tersebut terlepas dari kegelapan, dan menjadi sebuah kerajaan yang aman dan beradab.
Waktu demi waktu berlalu, hingga tibalah saatnya pasangan ini menginginkan kehadiran seorang anak ditengah mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan pergi mencari tempat tinggal sendiri. Namun, kepergian mereka tidak semudah itu. Penguasa kerajaan menolak untuk membiarkan mereka pergi. Ia sudah terbiasa dengan kedua penyihir yang telah sejak jaman dulu menjabat sebagai penasihat sihir, sehingga ia merasa dirinya tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa mereka. Penguasa tersebut menahan dan memenjarakan Izanagi, dan berkata pada Izanami, bahwa jika ia ingin suaminya selamat, maka ia harus menjadi istri dari Sang Penguasa tersebut, agar kelak keturunannya memiliki darah sihir.
Penguasa bodoh tersebut dengan cepat dikalahkan oleh Izanami yang kemarahannya tidak terlalu besar. Ia memang tipikal wanita yang tenang dan anggun. Kemarahannya tidak sampai membunuh sang penguasa. Hanya saja, menghancurkan istananya dan mengutuk wilayah itu, sehingga selama 7 tahun kedepan, wilayah kerajaan itu akan dilanda kelaparan dan peperangan. Setelah itu, Izanami membebaskan suaminya, Izanagi, dan mereka pergi kesuatu desa, dimana mereka mengira mereka akan aman.
Mereka hidup di desa itu sekitar 3 bulan, sementara kehamilan Izanami sudah semakin membesar. Pasangan tersebut sangat bahagia dengan kehidupan mereka. Namun, penduduk desa terus menerus menuntut mereka dengan berbagai macam permintaan dan keluhan. Mereka mengeluh kenapa kedua penyihir tidak membuat hasil panen mereka baik, mereka mengeluh kenapa kedua penyihir tidak menyelmatkan orang-orang yang meninggal di desa tersebut. Sampai suatu hari, kemarahan warga desa pun memuncak. Mereka mengirim seorang perawat untuk memberikan racun pada Izanami.
Izanami yang notabene nya adalah seorang penyihir, selamat dari racun itu. Namun, efeknya tetap ada. Dua hari kemudian, ia melahirkan dua orang bayi yang dalam keadaan mati. Keduanya memiliki wajah mengerikan dan cacat. Larut dalam amarah, Izanami menghadirkan sebuah banjir besar yang menenggelamkan seluruh isi desa. Beruntung Izanagi telah sempat meng-evakuasi para penduduk ke bukit disekitar desa tersebut.
Izanagi menghibur istrinya, yang kini kemarahannya telah berubah menjadi kesedihan. Keduanya sadar bahwa mereka tidak bisa tinggal diantara para muggle yang percaya bahwa kehadiran penyihir adalah untuk membuat hidup mereka lebih mudah dan baik, seolah mereka ditakdirkan untuk memiliki budak penyihir. Tapi tidak ada lagi tempat yang tidak dihuni muggle, tidak ada satu tempatpun dimana mereka bisa hidup dengan aman. Oleh sebab itu, mereka pergi ke wilayah Jepang yang paling jauh, ke lautan, dan menggunakan kekuatan magis kuno yang bernama Amenonuhoko Naginata, membangun sebuah pulau yang diangkat dari kedalaman laut. Pulau ini dikenal sebagai Pulau Onogoro.
Pasangan penyihir itu pun hidup dan tinggal disana. Mereka membuat pulau itu layaknya surga kecil yang bertanah subur, dan memiki cuaca yang menyenangkan. Mereka tinggal disebuah rumah kecil ditengah pulau, jauh dari segala ketamakan kaum muggle. Setahun kemudian, Izanami melahirkan anak pertama mereka. Keluarga kecil itu hidup damai dan sejahtera selama beberapa dekade, dan jumlah anak dari kedua pasangan itu adalah 5.
Ketika Izanagi dan Izanami meninggal, para buah hati mereka meninggalkan pulau tersebut dan berpencar kesegala arah, ke wilayah Jepang yang lain, dan ke sekitaran Asia Timur. Tubuh Izanagi dan Izanami menyatu dengan pulau itu, dan Jiwa mereka tetap hidup, menjaga pulau tersebut. Waktu berlalu, dan garis darah penyihir dari Izanagi dan Izanami berkembang menjadi lebih banyak. Hampir sekitar 4 abad kemudian barulah para keturunan Izanagi dan Izanami bersatu kembali.
Pada waktu itu, kebanyakan dari para penyihir anak-anak belajar sihir dari orang tua mereka. Namun tidak ada tempat khusus dimana mereka dapat belajar untuk menjadi seorang penyihir yang hebat. Kelima keluarga keturunan dari Izanagi dan Izanami kembali ke Pulau Onogoro dan mulai membangun sebuah tempat khusus bagi anak-anak mereka mempelajari sihir, dimana disana terdapat lingkungan alami yang menyatu dengan alam, dan pastinya jauh dari jangkauan muggle. Dan akhirnya, pembangunan itupun selesai pada 810 AD, di periode Heian, dan diberi nama Mahoutokoro.
Kurikulum Mahoutokoro sangat amburadul hingga tahun 1400-an. Sebelumnya, siswa hanya mengambil pelajaran Chakra dan Meditasi, namun konsentrasi pada Pelajaran bertempur sangat tidak bisa dibandingkan dengan level sekarang. Sangat jauh.
Pada tahun 1450, Jepang dilanda perang yang merebutkan wilayah kekuasaan. Didasari oleh perbedaan wilayah, mereka menyerang satu sama lain. Seperti biasa, kaum penyihir ikut andil dalam peperangan ini. Namun mereka sadar, bahwa sihir saja tidak akan bisa menenangkan orang-orang, terlebih mereka tidak diizinkan untuk membongkar identitas mereka.
Dimasa sekarang, Teknik sihir untuk bertempur dan teknik sihir biasa diajarkan di sekolah ini. Lulusan yang baru lulus sekolah ini diharuskan mengikuti suatu pertempuran, terlepas dari mereka mau atau tidak. Pemimpin sekolah merasa murid-murid perlu dipersiapkan untuk situasi pertempuran, terlepas dari apa pekerjaan mereka nantinya. Mempelajari Taijutsu, Ninjutsu, Genjutsu, Kenjutsu, dan gaya pertempuran lainnya menjadi subjek penting bagi para murid. Sebagai hasil, pertahanan sihir dan non-sihir Jepang telah banyak didukung oleh para alumnus Mahoutokoro yang ber-skill tinggi yang sebelumnya telah berlatih untuk melindungi orang lain. Mahoutokoro sampai sekarang masih mengajarkan muridnya “Martial Arts”, siapa tau suatu hari nanti mereka akan pergi ke pertempuran yang sebenarnya.
Lokasi Mahoutokoro berada disebuah pulau yang bernama Onogoro, dekat dengan sebuah pulau vulkanik, Iwo Jima. Iwo Jima nampak seperti pulau kecil dimata muggle, sementara pulau besar Onogoro terletak setelahnya, jauh ke lautan. Namun, Onogoro dimantrai untuk selalu ada disuatu tempat ditepi pantai Iwo Jima, agar yang berkunjung tidak kesulitan. Pulau Onogoro diselubungi oleh kabut tebal dan berada dalam perlindungan suatu mantra untuk mencegah muggle yang tidak sengaja menemukan Mahoutokoro. Jika ada perahu muggle yang mendekat, kabut akan membuat mereka tersesat dan gelombang akan menjauhkan mereka dari Onogoro.
Onogoro adalah sebuah pulau hutan kecil yang dipenuhi dengan air terjun-air terjun yang indah, hutan bambu, pepohonan sakura, dan keajaiban alam yang mempesona lainnya. Di musim dingin, Onogoro diselimuti oleh salju putih murni yang sehalus tepung, dan danau serta kolam-kolam membeku, menyembunyikan air kebiruan dibawahnya. Di musim gugur, Onogoro terselimuti oleh dedaunan yang mempesona dan pemandangan yang spektakuler yang tidak pernah ditemukan di dunia muggle. Dan ketika musim semi, Onogoro terselimuti oleh aura kebahagiaan yang segar, dimana sakura-sakura bermekaran dan semuanya terasa sangat indah.
Mahoutokoro-Jo, atau Kastil Mahoutokoro terletak di puncak gunung berhutan lebat di timur laut Onogoro. Kastil berupa pagoda dan didesain dengan gaya klasik Jepang Kuno dengan dinding segitiga melengkung, dinding kastil yang curam dan dengan banyak koridor. Bahkan dari jauh pun, kemegahan dan keindahan kastil Mahoutokoro tidak dapat dibantah. Berkasurkan pepohonan zamrud, kastil Mahoutokoro sangat nikmat dipandang mata.
Kastil Mahoutokoro dijaga dengan sangat ketat, seperti sistem parit yang airnya dapat menenggelamkan musuh, barisan panah di dinding yang siap diluncurkan, gerbang utama yang sangat besar, dan medan gaya yang kuat, yang mengelilingi seluruh kastil. Medan gaya ini nyaris tak terlihat kecuali oleh orang bermata tajam yang dapat melihat kerlingan warna yang dihasilkan oleh medan gaya tersebut.
Para siswa diperbolehkan untuk mengunjungi desa Takamagahara yang juga berada di pulau Onogoro. Hanya penyihir yang hidup di Onogoro ini, maka para warga desa Takamagahara juga para penyihir dan bebas untuk penyihir memakai berbagai transportasi sihir. Transportasi sihir yang menjadi ciri khas disini adalah "Night Fog Carriages". Letak Takamagahara berada disisi lain Onogoro, sehingga para siswa harus lebih dulu berjalan kaki atau menggunakan Night Fog Carriages. Benda ini adalah suatu pengangkut berbahan dasar kayu yang dapat terbang dan mengikuti arus kabut. Transportasi ini sangat cepat dan dapat membawa 5-8 orang didalamnya. Siswa dapat menikmati pemandangan indah Onogoro dari atas. Transportasi ini sangat populer di Onogoro.
Takamagahara layaknya seperti desa kecil di jepang secara umumnya, terletak di lembah lembah hijau. Gerbang masuk ke desa dihiasi dengan dua buah patung batu Maneki-Neko. Jalanan di desa ini terbuat dari batu berpetak dan banyak rumah-rumah kayu dipinggir jalan yang interior didalamnya dilengkapi dengan Shouji (pintu kertas). Ada sejumlah toko-toko dan warung-warung kecil tempat bersantai, menjual berbagai perlengkapan, entah itu buku-buku, perkamen, pena bulu, pakaian, dan lain-lain. Ada juga kedai-kedai kecil yang menual berbagai makanan seperti Takoyaki, Ramen, Kare, dan lain-lain. Pada malam hari, jejeran lentera menerangi setiap sudut dan jalanan, mengarahkan pada titik utama di desa, yaitu sebuah alun-alun yang dihiasi air mancur , patung-patung, dan kursi-kursi taman. Pada malam hari, dan ketika hari2 khusus ketika kondisi spiritual warga desa sedang tinggi, Manekin Neko hidup dan bermain bersama anak-anak, bahkan menggendong anak2 dan membawa mereka menjelajah pulau.
Para warga desa lebih senang tinggal di desa, hidup rukun dan bersama-sama, daripada melakukan perjalanan keluar. Mereka sangat ramah dengan para siswa. Setiap akhir minggu, selalu ada event yang dilakukan di desa tersebut dengan tujuan menjaga keharmonisan. Dan jika murid Mahoutokoro beruntung, mereka bisa mengikuti beberapa festival khusus yang diadakan beberapa kali setahun oleh para warga desa. Jika berkelakuan baik dan dipercaya, seorang siswa diperbolehkan oleh Sensei (proffesor/guru) untuk turut andil dalam mempersiapkan festival-festival itu. Biasanya ditunjuk bergantian para murid dari masing-masing asrama.